Tema yang agung dari Alkitab adalah Allah dinyatakan benar-benar ada, suatu pribadi yang nyata, dengan bentuk fisik yang nyata. Telah menjadi ajaran pokok Kristen bahwa Yesus adlah Anak Allah. Jika Allah bukan suatu pribadi fisik yang nyata, mustahil Dia mempunyai anak yang menjadi gambaran dari diriNya (Ibrani. 1:3). Selanjutnya, akan menjadi sulit untuk membentuk suatu kepribadian yang berhubungan dengan Allah. Jika “Allah” hanyalah suatu konsep di dalam pikiran, suatu roh yang berada di suatu tempat di ruang angkasa. Tragis sekali, kebanyakan agama mengajarkan Allah bukanlah suatu yang nyata secara fisik, konsep Allah yang tidak nyata.
Allah tentu saja lebih besar dari kita, sangat tidak dimengerti kepercayaan banyak orang yang menolak keras janji yang sungguh benar bahwa kita pada akhirnya akan melihat Allah. Kurangnya iman membuat orang Israel tidak dapat melihat Allah. (Yoh. 5:37), dengan jelas menunjukkan bahwa Dia mempunyai bentuk fisik yang nyata. Iman tumbuh dari pengetahuan tentang Allah dan percaya kepada firmanNya.
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8)
“Hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya, dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka (Why. 22:3,4)
Suatu janji yang indah, jika kita sungguh mempercayainya, akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita;
“Berusahalah hidup dengan damai semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14)
Kita tidak boleh bersumpah karena, “Dan barang siapa bersumpah demi surga, ia bersumpah demi takhta Allah, dan juga demi Dia yang bersemayam di dalamnya” (Mat. 23:22), ini omong kosong jika Allah bukan suatu yang mempunyai bentuk fisik.
“kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. (I Yoh. 3:2,3)
Dalam kehidupan ini, pengetahuan kita tentang Bapa Surgawi sangatlah tidak lengkap, tapi pada akhirnya kita akan bertemu dengan Dia. Apa yang kita lihat secara fisik sama dengan apa yang kita pahami secara rohani tentang Dia. Dalam keadaan menderita Ayub bangga dengan hubungannya yang dekat dengan Allah, karena pada akhirnya dia paham akan pengetahuan tentang Allah.
“Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu” (Ayb. 19:26,27)
Dan Rasul Paulus menjerit di tengah kehidupan yang penuh penderitaan dan kekacauan ini:
“Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka” (I Kor. 13:12)
Fakta-fakta yang mendukung dari Perjanjian Lama
Janji-janji di dalam perjanjian baru adalah berdasarkan perjanjian lama yang juga menjelaskan tentang suatu pribadi, Allah yang nyata. Tidak bisa dipaksakan bahwa adalah suatu ajaran pokok untuk menghargai keilahian Allah jika kita mempunyai suatu pengertian yang baru tentang apa yang menjadi suatu dasar kepercayaan berdasarkan Alkitab. Perjanjian lama dengan konsisten menjelaskan tentang Allah sebagai suatu pribadi; hubungan antar pribadi dengan Allah sebagaimana dijelaskan di dalam perjanjian lama dan perjanjian baru adalah suatu hubungan yang unik, yang diharapkan oleh semua orang kristen.
Berikut ini adalah argumen-argumen yang kuat bahwa Allah itu suatu pribadi yang nyata:
1. ”Allah berfirman, marilah kita menjadikan manusia sesuai dengan gambar dan rupa kita” (Kej. 1:26) demikianlah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, seperti yang dimanifestasikan juga kepada Malaikat. Yakobus 3:9 berbicara tentang ”...manusia yang diciptakan menurut rupa Allah”. Ayat-ayt ini tidak dapat diartikan secara rohani, karena secara alami pikiran kita jauh berbeda dengan Allah dan bertentangan dengan kemulianNya; ”rancanganKu bukan rancanganmu, jalanKu bukan jalanMu” (Yes. 55:8,9). Oleh karena itu gambar dan rupa menurut Allah pastilah diartikan secara fisik. Ketika para malaikat menampakkan diri mereka di permukaan bumi, mereka dijelaskan menyerupai seorang manusia (dengan tidak diduga Abraham melayani mereka, karena dia mengira mereka adalah manusia biasa). Penciptaan kita menurut rupa Allah dapat disimpulkan sebagai suatu penciptaan yang berdasarkan dari suatu bentuk/rupa. Jadi, Allah , yang serupa dengan kita bukanlah suatu roh yang tidak dapat kita bayangkan bentuknya.
2. Para malaikatpun merupakan gambaran dari Allah. Demikian Allah berfirman kepada Musa, ”berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan” (Bil. 12:8). Musa mendapat perintah dari seorang malaikat yang mewakili nama Allah (Kel. 23:20,21). Jika rupa malaikat disamakan dengan Allah, berarti Allah mempunyai bentuk yang sama dengan Malaikat (walaupun tubuhnya lebih dari sekedar darah dan daging, tapi serupa dengan bentuk luar tubuh manusia). ”Allah berbicara kepada Musa berhadap-hadapan, seperti berbicara dengan seorang ashabat” ( Kel. 33:11; Ul. 34:10). Allah memanifestasikan rupaNya secara fisik pada malaikat-malaikatnya.
3. ”Dia mengenal kita” (Mzm. 103:14), Dia ingin kita mengetahui bahwa Dia adalah pribadi yang nyata, Bapa dari segalanya. Ini akan menjelaskan dari berbagai referensi ayat-ayat yang menyatakan tangan Allah, lengan, mata, dll. Jika kita menolak Allah sebgai suatu pribadi yang nyata, maka referensi ayat-ayat ini menyesatkan dan tidak berguna untuk diajarkan.
4. Keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang adanya takhta Allah dengan jelas mengindikasikan bahwa ”Allah” mempunyai tempat kediaman: ”Allah ada di surga” (Pkh. 5:1), ”Ia memandang dari ketinggianNya yang kudus, Tuhan memandang dari sorga ke bumi” (Mzm. 102:19,20); ”Maka engkau kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediamanMu yang tetap” (I Raj. 8:39). Lebih spesifik lagi kita baca bahwa Allah mempunyai takhta (II Taw. 9:8, Mzm. 11:4, Yes. 6:1, 66:1) sangat sulit untuk mengartikan sesuatu yang tidak terdefinisikan berada entah dimana di dalam surga. Allah berfirman, akan ”turun ke bawah” sewaktu Dia akan memanifestasikan diriNya, ”turun ke bawah” diartikan sebagai tempat Allah berasal, yaitu surga. Sulit sekali untuk memahami manifestasi Allah tanpa mengetahui rupaNya.
5. Yesaya 45 menjelaskan banyak hal tentang keterlibatan Allah dengan umatNya; ”Akulah Allah, dan tidak ada yang lain...,Akulah Allah yang melakukan semua ini..., Akulah Allah yang telah menciptakannya. Celakalah orang yang berbantah dengan pembentuknya..., Aku, tanganKulah yang membentangkan langit..., Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan hai ujung-ujung bumi”. Kalimat terakhir, menunjukkan keberadaan Allah sebagai suatu pribadi. Dia menginginkan seluruh manusia untuk berpaling kepadaNya, mengetahui keberadaanNya secara fisik dengan mata iman.
6. Telah dinyatakan kepada kita bahwa Allah adalah Allah maha pengampun yang berbicara kepada manusia. Pengampunan hanya bisa dilakukan oleh suatu pribadi, dan dilakukan secara rohaniah. Daud adalah orang yang berkenan di hati Allah (I Sam. 13:14), menjelaskan bahwa Allah mempunyai hati, yang bisa dipahami dengan terbatas oleh manusia, walaupun manusia secara alami tidak mempunyai hati seperti yang dimiliki Allah. Firman yang berbunyi, ”Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya (Kej. 6:6) menunjukkan bahwa Allah mempunyai perasaan, sesuatu yang nyata, daripada suatu roh yang yang berada di udara. Hal ini membantu kita untuk mengetahui bagaimana kita dapat menyenangkan dan tidak menyenangkan Dia, seperti yang dilakukan seorang anak kecil kepada ayahnya.
Jika Allah bukanlah suatu pribadi
Jika Allah tidak nyata, sebagai suatu pribadi, maka konsep kerohanian akan sulit untuk dijelaskan. Jika Allah sungguh mulia tapi tidak berbentuk, maka sulit bagi kita untuk mengerti manifestasinya dalam kehidupan manusia. Kekeliruan susunan kristen dan yudaism dalam memahami bahwa Allah masuk ke dalam hidup kita melalui roh kudus, yang pada suatu waktu akan membuat kita memiliki kerohanian seperti Allah. Sebaliknya, sekali kita percaya bahwa ada suatu pribadi yang nyata yang disebut Allah, maka kita dapat menirunya dengan cara melaksanakan firmanNya sebagai gambaran dari sifat-sifatNya dalam kehidupan kita.
Adalah menjadi tujuan Allah untuk menyatakan diriNya kepada banyak orang demi kemulianNya. NamaNya, Yahweh Elohim, mempunyai arti (Dia akan menjadi perkasa, mungkin diterjemahkan seperti itu). Jika keberadaan Allah tidak nyata, maka upah dari kebenaran adalah kehidupan sebagai suatu roh seperti Allah. Tapi dijelaskan bahwa mereka yang mendapat upah dari kebenaran yaitu hidup di dalam kerajaan Allah, merka mempunyai keberadaan secara fisik, meskipun tidak lagi mempunyai kelemahan-kelemahan manusia seperti sebelumnya. Ayub menunggu ”hari itu” dimana tubuhnya akan dibangkitkan (Ayb. 19:25-27); Abraham juga termasuk diantara mereka yang tidur di dalam debu tanah yang akan dibangkitkan untuk hidup sampai selamanya. (Dan. 12:2) sehingga dia dapat menerima janji warisan tanah kanaan, secara fisik lokasinya berada di bumi (Kej. 17:8). Orang-orang yang saleh akan bersorak-sorai dengan girang...biarlah mereka bersorak-sorai diatas tempat tidur mereka...dan melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa (Mzm. 132:16, 149:7). Orang yahudi dan bangsa-bangsa yang lain, gagal dalam memahami kalimat ini. Seperti yang dilakukan juga oleh orang-orang yang bukan yahudi yang mendapat bagian dari perjanjian Abraham, telah mengajarkan suatu jiwa yang tidak berkematian sebagai bagian dari kehidupan manusia. Suatu pemikiran yang sama sekali tidak didukung oleh Alkitab. Allah abadi, mulia, dan dia bertujuan untuk menarik semua orang masuk ke dalam kerajaanNya di masa depan yang akan didirikan di bumi.
Orang-orang yang benar akan mewarisi kodrat ilahi (II Ptr. 1:4), jika Allah bukan suatu pribadi, ini berarti kita akan hidup sebagai roh yang tidak berbentuk, tapi ini bukan ajaran dari Alkitab. Kita akan diberikan tubuh seperti yang dimiliki Yesus (Flp. 3:2,1) dan kita tahu bahwa kita akan memiliki tubuh secara fisik di dalam kerajaan Allah yang mana memiliki tangan, mata, dan telinga (Zak. 13:6, Yes. 11:3). Oleh karena itu, doktrin kepribadian Allah sesuai dengan Injil Kerajaan.
Seharusnya sudah jelas bahwa suatu konsep pelayanan, agama, atau hubungan pribadi dengan Allah, tidak akan mungkin terjadi jika tidak mengakui keberadaan Allah sebagai suatu pribadi yang nyata. Karena kita adalah gambaranNya secara fisik, walaupun tidak sempurna kita harus melaksanakan apa yang telah diajarkan firmanNya yang merupakan gambaranNya secara rohani supaya kita betul-betul mencerminkan gambar dan rupa Allah di dalam Kerajaan Allah. Banyak sekali ayat yang menjelaskan bahwa Allah yang penuh kasih menghukum kita seperti yang dilakukan seorang ayah kepada anaknya (Ul. 8:5). Dalam konteks penderitaan Kristus, dijelaskan bahwa ”adalah kehendak Tuhan untuk meremukkannya” (Yes. 53:10), meskipun dia berteriak kepada Allah; Ia mendengar suaraku...teriakku minta tolong kepadaNya sampai ke telingaNya (Mzm. 18:7). Allah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya akan menjadi anakNya melalui suatu kelahiran yang menakjubkan. Jika Allah bukanlah suatu pribadi, maka Dia tidak akan memperanakkan seorang anak. Pengertian yang benar tentang Allah adalah kunci untuk memahami hal-hal penting lainnya dari doktrin Alkitab. Tapi, karena dusta demi dusta, maka jadilah konsep Allah yang bertentangan dengan tulisan-tulisan kudus. Jika anda merasa topik ini sudah jelas, maka pertanyaan berikutnya adalah
”Apakah anda sungguh mengenal Allah?"
0 komentar:
Posting Komentar